Ingin Hilang Ingatan
Letih di sini, kuingin hilang ingatan....
Gerimis
merona malam ini. Aku bisa merasakan warna pipimu memerah delima. Kau pasti
menginginkannya.
Menghilanglah dari kehidupanku.
Enyahlah dari hati yang telah hancur.
Kehadiran sosokmu kian menyiksaku.
Biarkan di sini ku menyendiri.
Pergilah bersamanya di sana.
Dengan dia yang ada segalanya.
Bersenang-senanglah sepuasnya.
Biarkan di sini ku menyendiri.
Terlintas keinginan tuk dapat.
Hilang ingatan agar semua terlupakan.
Dan kuberlari sekencang-kencangnya.
Tuk melupakanmu yang telah berpaling.
Di sini, kembali, kau hadirkan ingatan yang seharusnya kulupakan dan
kuhancurkan adanya.
Baru saja
Rocket Rockers membahana di langit-langit kepalaku. Semoga lagu itu memenuhi sel-sel
otakku hingga tak ada lagi ruang untukmu. Kau tak lagi berhak menetap bahkan
hinggap di neuron, di aliran darah, jantung, dan nadiku.
Ya, pergilah
bersama dia yang ada segalanya. Mungkin memang aku ini terlalu bodoh. Mengharapmu
yang terbang tinggi bersama sang mega. Aku adalah makhluk rendah. Merayap di
tanah. Memohon agar kau sudi turun ke bumi. Semoga kau tidak iba melihatku di
sini.
Aku sengaja
tidak menghapus nomormu. Fotomu masih berjejer rapi di galeri handphone-ku. Tidak sampai aku meluapkan
semuanya. Di sini, di dalam hati. Sampai aku tak sanggup lagi meneteskan air
mata. Itulah aku yang hampa. Yang kau tinggal bersamanya. Bersenang-senanglah
sepuasnya.
‘Hai, Mutia?
Apa kau jadi pulang Minggu ini? Kuharap kita bisa bersua’. Tanganku cekatan mengetik kata-kata tak bermutu bagimu.
Tidak ada
balasan. Aku bersabar seperti biasa. Berpikir untuk tidak membayangkan hal
buruk terjadi padamu.
Ah, itu terlalu berlebihan. Paling logis adalah dia sedang tidur. Kau
tak pernah tahu jadwalnya bekerja, bukan?
Ya, semoga
saja dia sedang tidur setelah bekerja seharian. Ya, tetap saja begitu. Berpikir
mengalihkan.
Kau tak akan
tahu setiap menit di sini adalah renjana. Kungkungan bayangmu sungguh dahsyat.
Setiap kali aku bertanya pada senja, pada bulan, pada langit malam perihal apa
yang membuatku bimbang. Itu bukan karena kau. Bukan karena bayangmu. Kau tak
bersalah. Namun bertanggung jawab atas gugurnya ingatan seseorang. Luapan emosi
seseorang yang menantimu. Yang tulus ingin bersamamu. Duduk di kursi itu. Ya,
berdua seperti kutipan novel yang kaubaca. Kupikir aku tak ingin membaca. Hanya
saja nama seseorang lelaki di dalam kutipan itu membuat mataku teralih. Kau
sempurna memilihnya.
Selamatkan
aku!!
Kumohon bunuh
saja aku sekarang!!
Pertanyaan-pertanyaanku
yang tak kaubalas itu sudah kutelan. Aku minum semua kenangan kita. Sampai muntah.
Sampai tumpah ruah!
Bagian tubuh
mana yang kauanggap sakit sekarang ini? Bukan ... bukan hati. Lidahku yang
sesungguhnya sakit. Sebab ribuan kali aku menyebut namamu. Sampai kelu. Sampai
biru. Namun tak kaudengar. Ha ha ... mana mungkin kau mendengarku ketika
telingamu telah rapuh. Panca inderamu melemah di dekatnya.
Silakan
saksikan aku tersungkur!
Silakan mengiba
sampai pias rona mukamu!
Aku pantas
kaukasihani lantas kaubuang!
Silakan
berlalu!
Kini siapa
pun bantulah aku. Tidak muluk-muluk. Bantu saja aku berdiri tegak. Sebab dayaku
telah kauambil semua. Aku terseok.
Kumohon, aku
ingin berlari sekencang-kencangnya. Biar lepas. Biar lembaran-lembaran di
tubuhku berganti. Biar kulihat lagi bianglala senja selepas gerimis. Tanpamu
kini sudah cukup.
Aku ingin berhenti bernapas.
Sejenak saja.
Agar kurasakan darahmu tak lagi mengalir di nadiku.
***
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 komentar:
Posting Komentar