Merakit Kata

Merakit makna di balik kata...

  • Home
  • Download
  • Premium Version
  • Custom Theme
  • Contact
    • download templates
    • Link 2
    • Link 3

Menu

  • Home
  • Dear Diyar(i)
  • Fiksi Mini
  • Tentang Si Perakit
  • Merakit Gambar
Home Archive for 2016
sumber



“Hei, Bocah, bangun. Mereka sudah pergi!” Si pohon pisang mengibaskan daunnya.
“Mungkin dia sudah mati. Aku pernah melihat manusia yang dicongkel matanya. Mati,” terang Si Batu.
“Nggak. Belum mati. Napasnya masih berembus,” bantah si pohon pisang. Si bocah masih terbenam di naungannya.
“Aku nggak yakin dia akan selamat.”
“Bocah ini terlalu banyak tahu yang seharusnya dia nggak tahu,” kata Si pohon pisang.
Si Bocah kesakitan membalikkan badannya. Anyir terasa di pelupuk mata juga di dalam mulutnya.
“Malam yang malang baginya.”
“Hei, Bocah. Mata dan lidahmu dikubur di bawah kakiku.” Si pohon pisang memberi tahu.

“Mana dengar. Tolol!” sindir Si Batu.


#100kata. Ditulis untuk FF Kamis. Monday Flashfiction.

Ia ingin sekali pindah ke dalam plastik. Pergi bersama belasan kawannya menuju dapur si ibu gendut. Sebab mengendap di atas tampah begitu menjemukan.

Sudah berhari-hari bawang merah menanti si ibu gendut yang berbelanja di kios tempat ia dijajakan. Ibu gendut yang biasanya memborong bermacam sayuran itu harus menjumputnya kali ini. Ia pun berdoa agar ibu gendut datang lagi ke kios. Memborong lagi dan menjumputnya.


Doanya terkabul. Ibu gendut akhirnya datang berbelanja menjumput bawang merah. Dengan begitu ia bisa menemui kekasihnya. Ia mencemaskan sang kekasih yang dibeli ibu gendut seminggu lalu. “Bawang putih, Kasihku. Semoga ibu gendut belum memasakmu.” Ratapnya sendu.

#FFKamis 100 kata
#ditulis untuk MondayFlashFiction
Langganan: Postingan ( Atom )

Mari Mencari

Sembari Dengarkan

Arsip Rakitan

  • ►  2017 (3)
    • ►  Juli (3)
  • ▼  2016 (2)
    • ▼  September (1)
      • #FFKamis - Bocah Malang
    • ►  Agustus (1)
      • #FFKamis - Ratap Si Bawang Merah
  • ►  2015 (15)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2014 (35)
    • ►  Desember (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2013 (4)
    • ►  Desember (4)

Rakitan Sebelumnya

  • Ingin Hilang Ingatan
    Letih di sini, kuingin hilang ingatan.... Gerimis merona malam ini. Aku bisa merasakan warna pipimu memerah delima. Kau pasti meng...
  • #FFRabu - Lipstik Buat Parti
    Sejak Si Parti anak Pak Lurah suka nongkrong di warung milik Pak Burhan, dia menjadi pintar bersolek. Kecantikannya kini hampir menyaingi ...
  • Aku Memilihmu
    sumber Pilih dia atau aku, Lucie? “Jangan gegabah! Berpikirlah!” lelaki di depanku berteriak. Mukanya pasi melihatku. Aku t...
  • #FFRabu - MOU
    “Silakan dipelajari MOU-nya, Pak.” “Sebentar, Mas. Ini benar harga barangnya segini?” “Iya, Pak. Kalau kondisinya baru, biayanya meman...
  • Hanya Teman (Kata Mutia)
    Dulu. Dulu kita punya cerita. Teman. Dulu kita berteman. Sampai sekarang pun kita berteman. Hanya berteman. Sampai akhirnya waktu mu ...

Monday Flash Fiction

Monday Flash Fiction
Tempat untuk berfoya-foya para FlashFiction Lovers

Follow Twitter

Follow @ardirahardian

Cuplikan Twitter

Tweets by @ardirahardian

Kawan Blogger

Langganan

Postingan
Atom
Postingan
Semua Komentar
Atom
Semua Komentar

Si Perakit Kata

Unknown
Lihat profil lengkapku

E-book Monday Flashfiction 1

E-book Monday Flashfiction 1

E-book Monday Flashfiction 2

E-book Monday Flashfiction 2

Pada Sebuah Nama

Pada Sebuah Nama

Merakit Kata (Book Version)

Merakit Kata (Book Version)
Copyright 2014 Merakit Kata.
Distributed By My Blogger Themes | Designed By OddThemes