“Hei, Bocah, bangun. Mereka sudah pergi!” Si
pohon pisang mengibaskan daunnya.
“Mungkin dia sudah mati. Aku pernah melihat
manusia yang dicongkel matanya. Mati,” terang Si Batu.
“Nggak. Belum mati. Napasnya masih berembus,”
bantah si pohon pisang. Si bocah masih terbenam di naungannya.
“Aku nggak yakin dia akan selamat.”
“Bocah ini terlalu banyak tahu yang
seharusnya dia nggak tahu,” kata Si pohon pisang.
Si Bocah kesakitan membalikkan badannya. Anyir
terasa di pelupuk mata juga di dalam mulutnya.
“Malam yang malang baginya.”
“Hei, Bocah. Mata dan lidahmu dikubur di
bawah kakiku.” Si pohon pisang memberi tahu.
“Mana dengar. Tolol!” sindir Si Batu.
#100kata. Ditulis untuk FF Kamis. Monday Flashfiction.