Merakit Kata

Merakit makna di balik kata...

  • Home
  • Download
  • Premium Version
  • Custom Theme
  • Contact
    • download templates
    • Link 2
    • Link 3

Menu

  • Home
  • Dear Diyar(i)
  • Fiksi Mini
  • Tentang Si Perakit
  • Merakit Gambar
Home Archive for Desember 2013



Kabut pagi sekitar pukul 06.00 tanganku gemetar menahan dingin udara yang kali ini berbeda dari biasanya. Cuaca akhir-akhir ini memang tak jelas gerangan. Tubuhku melaju 60 km/jam di atas motor matic merah. Motor seorang teman yang sudah merelakan waktu tidurnya untuk mengantarku ke stasiun pagi ini. Laju motor melambat memasuki pintu peron. Aku sampai di stasiun tempat dahulu aku mengantarmu malam itu. Aku hanya memandang dari ruang tunggu saat langkah kakimu pelan menjauhkan kita. Aku masih ingat pukul berapa, dimana kita duduk menunggu kereta, sampai warna sepatu yang kau pakai malam itu. Aku hanya tak ingat nama kereta malam yang kau naiki. Ah, kali ini aku akan merasakan saat-saat itu lagi. Menunggu kereta, menyiapkan tiket, mengucapkan salam perpisahan pada orang yang mengantar, membawa tas berat dan ribet. Pukul 07.00 tepat terdengar deru kuda besi datang dari arah barat. Keretaku masuk di jalur dua menggandeng delapan gerbong warna oranye. Gerbong 7 tertulis di tiket yang sedang kupegang. Kedua kakiku mengantarkan aku memasuki gerbong yang cukup lebar. Gerbong ini tidak seperti yang kubayangkan. Pengap, kotor, penuh sesak seperti itulah cerita teman-temanku yang pernah merasakan kereta kelas ekonomi. Tetapi sekarang sudah berbeda. Keretaku ini kelas ekonomi dan sudah ber-AC serta penumpang yang sesuai dengan kuota.

Dulu.
Dulu kita punya cerita.
Teman.
Dulu kita berteman.
Sampai sekarang pun kita berteman.
Hanya berteman.
Sampai akhirnya waktu mu berkurang untuk ku.
Tak terlalu banyak cerita di antara kita,tak terlalu ramai suara tawa kita,bahkan tak ada lagi perhatian2 kecil mu pada ku.
Kita masih berteman,cuma teman.
Dulu hujan selalu menjadi teman kita,
begitu banyak saat2 kita bersama hujan.
Dulu aku begitu senang ketika hujan turun,jika hujan basahi,seakan hujan bersama mu,ku menyayangi hujan seperti hati ini sedang memandang mu..aku selalu tersenyum..saat rindu,cukup dengan hujan yang ku tunggu.
Tapi sekarang kita hanya teman,karena dari dulupun kita hanya teman.


Prolog : Sebenarnya ini bukan karya saya seorang, tetapi kolaborasi dengan cerpenis @gardeatyas September 2013. cekidot.... :)

Hangat mentari meresap ke tubuh laki-laki yang baru saja terbangun dari tidurnya. Perlahan kedua bola matanya mencoba melihat keindahan dunia yang Tuhan berikan. Laki-laki itu terpejam dan menonjolkan hidungnya seakan dia bisa mencium aroma udara pagi di luar sana. Namun percuma saja yang tercium hanyalah aroma pengap sebuah gerbong kereta. Laki-laki bernama Damar itu duduk di salah satu bangku kereta jurusan Solo. Sekian lama dia  menikmati hamparan hijau yang tersapu angin. Rumah, sawah, dan pemandangan itu sedang beradu lari dengan kereta, saling mengejar. Hanya Damar yang terdiam dan semakin cepat kereta itu melaju semakin cepat pula Damar meninggalkan rumahnya di Bandung.
Sudah lebih dari enam jam Damar terduduk di bangku kereta itu. Sudah belasan kali pedagang asongan menghampirinya menawarkan ini dan itu. Ah, sudah berapa stasiun yang dilewatinya. Pukul delapan pagi, Damar tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta. Tak ada yang istimewa dengan stasiun itu. Sama dengan stasiun-stasiun lain yang telah dilihatnya lebih dulu. Pandangan Damar kini beralih pada penumpang yang keluar masuk gerbong.
“Ah, sampai jam berapa nanti aku di Solo?” Batinnya dengan tak sabar.


Masa-masa paling indah adalah masa-masa di sekolah. Adalah wajar jika keseharian Andhika sebagai anak putih abu-abu yang masih polos dan masih semangat-semangatnya dengan sesuatu yang disebut persahabatan bersama dengan Adli dan Deva. Andhika, cowok tegas dan pemimpi yang mencoba realistis namun terkadang perfeksionis belum pernah merasakan manis pahit cinta. Hingga sosok Angel menggetarkan dinding kepolosan cintanya. Segenap upaya dia lakukan untuk mendekati Angel. Namun Andhika terjebak dan terpaksa menjadi orang lain untuk Angel. Dengan menggunakan nama yang lain, Andhika menjelaskan segalanya. Sebuah akibat tak akan muncul tanpa adanya sebab...
***


Alhamdulillah. ‘Anak saya’ sudah saya remake dengan cover dan plot baru setelah sebelumnya banyak kesalahan teknis hehe. Yang di atas itu sedikit bocoran tentang isi bukunya, kalo masih penasaran silakan baca sampelnya dan order di link ini :

http://nulisbuku.com/books/view_book/5580/pada-sebuah-nama

Masih bingung gimana ordernya? Boleh tanyakan langsung ke penulisnya nih
CP : 085726355507
BB : 73ccaedd
Twitter : @ardirahardian

Terima kasih J

Langganan: Postingan ( Atom )

Mari Mencari

Sembari Dengarkan

Arsip Rakitan

  • ►  2017 (3)
    • ►  Juli (3)
  • ►  2016 (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2015 (15)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2014 (35)
    • ►  Desember (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (5)
  • ▼  2013 (4)
    • ▼  Desember (4)
      • Stop Crying Your Heart Out
      • Hanya Teman (Kata Mutia)
      • Di Antara Bangku Kereta
      • Pada Sebuah Nama

Rakitan Sebelumnya

  • Ingin Hilang Ingatan
    Letih di sini, kuingin hilang ingatan.... Gerimis merona malam ini. Aku bisa merasakan warna pipimu memerah delima. Kau pasti meng...
  • #FFRabu - Lipstik Buat Parti
    Sejak Si Parti anak Pak Lurah suka nongkrong di warung milik Pak Burhan, dia menjadi pintar bersolek. Kecantikannya kini hampir menyaingi ...
  • Aku Memilihmu
    sumber Pilih dia atau aku, Lucie? “Jangan gegabah! Berpikirlah!” lelaki di depanku berteriak. Mukanya pasi melihatku. Aku t...
  • #FFRabu - MOU
    “Silakan dipelajari MOU-nya, Pak.” “Sebentar, Mas. Ini benar harga barangnya segini?” “Iya, Pak. Kalau kondisinya baru, biayanya meman...
  • Hanya Teman (Kata Mutia)
    Dulu. Dulu kita punya cerita. Teman. Dulu kita berteman. Sampai sekarang pun kita berteman. Hanya berteman. Sampai akhirnya waktu mu ...

Monday Flash Fiction

Monday Flash Fiction
Tempat untuk berfoya-foya para FlashFiction Lovers

Follow Twitter

Follow @ardirahardian

Cuplikan Twitter

Tweets by @ardirahardian

Kawan Blogger

Langganan

Postingan
Atom
Postingan
Semua Komentar
Atom
Semua Komentar

Si Perakit Kata

Unknown
Lihat profil lengkapku

E-book Monday Flashfiction 1

E-book Monday Flashfiction 1

E-book Monday Flashfiction 2

E-book Monday Flashfiction 2

Pada Sebuah Nama

Pada Sebuah Nama

Merakit Kata (Book Version)

Merakit Kata (Book Version)
Copyright 2014 Merakit Kata.
Distributed By My Blogger Themes | Designed By OddThemes