Si Penipu



“Gimana rencanaku, Kak?” tanya Agil mendesis.
“Aku sepakat, Gil. Kuyakin si Robi gak bakal besar kepala lagi,” Tomo menyeringai.
OK. Aku pastikan kamarnya selalu terbuka sampai besok pagi, Kak.”
Agil segera menjalankan misi pertama—membuat Robi lengah.
Malam menjelang. Tomo mengendap masuk kamar Robi.
“Kerja bagus, Gil,” batin Tomo mendapati Robi tertidur pulas.
Sekejap dompet coklat tua Robi yang tergeletak di meja diraihnya. Misi selesai.
“Dompet Robi hilang dicuri orang.” Begitu kata Tomo pada tetangga kos yang lain keesokan harinya.
Anak kos lain yakin pencurinya pasti orang dalam. Kos tempat tinggal mereka adalah kos paling aman dengan dua satpam jaga setiap harinya. Apalagi pagar tinggi melingkari area kos dengan segala pernak-pernik kawat berduri.

“Tom, udah deh, ngaku aja!” hardik Robi sembari berkacak pinggang.
“Apa! Kau tuduh aku maling dompet!”
“Siapa lagi? Kau orang yang paling sering keluar-masuk kamarku,Tom.”
“Ya, bukan berarti nuduh sembarangan tanpa bukti, dong?” protes Tomo.
“Itu?” Robi melirik, dompet coklat tuanya tergeletak di kasur Tomo. Bukti yang sangat jelas.
“Sialan! Siapa yang menaruh dompet itu di kasur? Jangan-jangan Agil.” Tomo terkejut dalam hati.
“Sekarang mau alasan apa, Tom!” Robi memelintir kerah Tomo.
“Ba... baik, aku balikin dompetmu. Please, maafin aku. Sebenarnya ini rencana Agil.”
“Agil? Anak angkatan bawah itu?” Robi menyambar dompetnya.
Robi meringis, “Sudah kuberitahu rahasia itu, Tom. Jangan pernah percaya sama anak itu. Sekarang di mana dia?”
Tomo menggeleng.
“Huh, baguslah. Sebaiknya kauperiksa barang-barangmu,” desah Robi pasrah.
Tomo melongo tak mengerti.
“Ya sudahlah.” Robi menyerah meninggalkan Tomo.
“Gimana, Gil? Dapat?” tanya Robi sesampai di kamarnya.
“Huh, payah si Tomo itu miskin, dompetnya kosong, Kak.”
“Hei, ada STNK motor, kan?”
Agil mengangguk. Sekejap seringai menyabit di wajah mereka.
Di dalam kamar yang sudah seperti kapal pecah, Tomo teringat wejangan Robi tentang Agil si penipu.
“Kurasa sebaiknya kau tidak perlu tahu tentang dia. Percayalah, kurasa betul-betul jangan.”
***

299 kata.
Ditulis untuk MFF Prompt #54_Rahasia.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

8 komentar:

  1. Aaaa..mauu dunk topeng Vendetta-nya..!!

    >>“Gimana, Gil? Dapat?”<<
    Ini yang bicara siapa, Diyar? Mr. X yaa?

    BalasHapus
  2. Robi, Kak. Kalimat di atasnya, maksudnya menerangkan percakapan untuk Robi dan Agil.

    BalasHapus
  3. Udah kuganti biar jelas, Kak :)

    BalasHapus
  4. aduh kok saya masih bingung ya

    BalasHapus
  5. Bingung di mananya? Itu persekongkolan si penipu Agil dan si sombong Robi

    BalasHapus
  6. ini Agil bermuka dua gitu bukan? satu waktu ke Tomo, di waktu lain ke Robi. gitu kah?

    BalasHapus
  7. mungkin karena agil bermuka dua kali yah.... saya juga binggung

    BalasHapus
  8. untuk jatah kata sesempit 300 kata, membuat cerita dengan beberapa seting adalah hal yang berisiko. cerita seolah melesat, melaju cepat. lalu banyak tanya muncul ke permukaan. bagaimana cara Agil membuat Robi lengah (sampai tertidur pulas? diapain dia?)? Lalu mengapa Tomo tidak disukai? bagaimana ceritanya Robi masuk ke kamar Tomo lalu menemukan dompetnya padahal benda itu tergeletak begitu saja dan Tomo ada di situ?

    Dan pertanyaan-pertanyaan semacam itu akan terus bermunculan..... :)

    BalasHapus