Merakit Kata

Merakit makna di balik kata...

  • Home
  • Download
  • Premium Version
  • Custom Theme
  • Contact
    • download templates
    • Link 2
    • Link 3

Menu

  • Home
  • Dear Diyar(i)
  • Fiksi Mini
  • Tentang Si Perakit
  • Merakit Gambar
Home Archive for Januari 2014

“Maukah kamu jadi pacarku?”
Dia menjawab dengan anggukan mantap diiringi senyum yang selalu membuatku merasa tenang. Namanya Gadis saat itu kutemukan dia berusia 22 tahun. Kukenal dia di pinggir kota Pahlawan setahun yang lalu tanggal 7 Desember. Kami kuliah di salah satu universitas ternama di Surabaya. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama saat konser menggema di Sabtu malam itu. Yang paling kusuka adalah senyumnya yang selalu membuatku tenang. Malam itu band lokal sedang berlalu dengan sebuah lagu berjudul “Sempurna” seperti mereka tahu ada sosok sempurna yang kutemukan malam itu. Ya, lalu kami berkenalan atas bantuan seorang temannya yang kebetulan temanku juga. Benar-benar cara berkenalan yang klasik. Gadis, aku berharap kita bisa bersama.

Aku baru tersadar dari tidurku beberapa menit lalu. Matahari sudah menyapa pekarangan rumahku yang penuh dengan semak belukar. Mukaku seperti terbakar dan gatal memerah. Air, hanya benda cair itu yang ingin kutemui saat ini. Segera kuberlari menuju kamar mandi membasuh muka dan tanganku yang terkena cairan merah sisa pesta tadi malam. Dari kamar berpintu merah di ruang tengah keluar seorang lelaki berbadan tinggi tegap. Kakakku baru saja terbangun dengan keadaan yang sama. Mukanya merah tangannya juga. Lalu adik perempuanku juga keluar dari kamarnya untuk membersihkan cairan merah itu dari tubuhnya yang putih. Entah seperti apa pesta tadi malam aku sudah lupa. Yang terakhir kuingat hanya suara jeritan dan hiruk pikuk ramainya pesta.

 Tempat ini masih saja tak berubah sama seperti enam tahun yang lalu. Pemandangan dari lantai tiga memang menyenangkan. Melihat orang-orang menyemut di bawah. secangkir kopi hitam ini entah aku bisa menghabiskannya atau tidak. Kepalaku sakit seperti dipukuli orang. Migrain sedang menyerangku beberapa saat lalu ketika aku menelusuri jalan aspal Kota Bunga. Kini sisa sakitnya menyelimuti kepalaku yang melongok-longok memandangi beringin tua di seberang jalan. Di sudut tempat ini banyak penjual menggoreng dagangannya dengan minyak entah berapa liter dan entah berapa kolesterol hinggap di dalamnya.

Mengapa...?
Mengapa kita terlahir di dunia?
Mengapa kita hidup?
Mengapa ada pertemuan?
Mengapa ada perpisahan?
Mengapa kita menangis?
Mengapa kita tertawa?
Mengapa ada rasa cinta?
Mengapa ada rasa benci?
Mengapa dia kaya?
Mengapa dia bisa begitu?
Mengapa ini?
Mengapa itu?
Mengapa...?

So close no matter how far 
Daku engkau dekat berhadapan menatap nanar

Couldn't be much more from the heart 
Tahukah mengapa hati hanya diam di antara jelaga?

Forever trust in who we are 
Apakah mampu kita bertahan tergerus dusta?

And nothing else matters 
Tenanglah dalam keraguan

Langganan: Postingan ( Atom )

Mari Mencari

Sembari Dengarkan

Arsip Rakitan

  • ►  2017 (3)
    • ►  Juli (3)
  • ►  2016 (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2015 (15)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2014 (35)
    • ►  Desember (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (4)
    • ▼  Januari (5)
      • Malam Pertama
      • Pacar Baru Olfa
      • Mual
      • Mengapa...?
      • So Close No Matter How Far
  • ►  2013 (4)
    • ►  Desember (4)

Rakitan Sebelumnya

  • Ingin Hilang Ingatan
    Letih di sini, kuingin hilang ingatan.... Gerimis merona malam ini. Aku bisa merasakan warna pipimu memerah delima. Kau pasti meng...
  • #FFRabu - Lipstik Buat Parti
    Sejak Si Parti anak Pak Lurah suka nongkrong di warung milik Pak Burhan, dia menjadi pintar bersolek. Kecantikannya kini hampir menyaingi ...
  • Aku Memilihmu
    sumber Pilih dia atau aku, Lucie? “Jangan gegabah! Berpikirlah!” lelaki di depanku berteriak. Mukanya pasi melihatku. Aku t...
  • #FFRabu - MOU
    “Silakan dipelajari MOU-nya, Pak.” “Sebentar, Mas. Ini benar harga barangnya segini?” “Iya, Pak. Kalau kondisinya baru, biayanya meman...
  • Hanya Teman (Kata Mutia)
    Dulu. Dulu kita punya cerita. Teman. Dulu kita berteman. Sampai sekarang pun kita berteman. Hanya berteman. Sampai akhirnya waktu mu ...

Monday Flash Fiction

Monday Flash Fiction
Tempat untuk berfoya-foya para FlashFiction Lovers

Follow Twitter

Follow @ardirahardian

Cuplikan Twitter

Tweets by @ardirahardian

Kawan Blogger

Langganan

Postingan
Atom
Postingan
Semua Komentar
Atom
Semua Komentar

Si Perakit Kata

Unknown
Lihat profil lengkapku

E-book Monday Flashfiction 1

E-book Monday Flashfiction 1

E-book Monday Flashfiction 2

E-book Monday Flashfiction 2

Pada Sebuah Nama

Pada Sebuah Nama

Merakit Kata (Book Version)

Merakit Kata (Book Version)
Copyright 2014 Merakit Kata.
Distributed By My Blogger Themes | Designed By OddThemes