Weirdo
“Braaak!”
Suara pintu dibanting keras olehnya. Wanita
itu lari. Lari keluar menjauh secepat mungkin. Sesekali menengok ke belakang
meyakinkan diri apakah ada seseorang yang mengejarnya. Bahkan dia tak sadar
sepatu hitamnya tertinggal. Mataku awas melihatnya. Pipiku terangkat, sedikit
senyum membentuk lengkungan indah di antara hidung dan dagu.
“I’m
a creep, I’m a weirdo.”
***
Kemarin. Hari ketika aku melihatnya
pertama kali di pesta dansa. Wanita itu menawan hatiku. Sebuah perasaan yang
kerap membuat gundah namun aku tak menyadarinya. Beranggapan jatuh cinta pada
pandangan pertama. Itu adalah anggapan klasik. Aku tak mempercayai hal seperti
itu. Aku adalah seorang penipu. Seseorang yang memiliki sisi lain dari sisi
sebenarnya.
“Apa
yang membuatku tertarik pada wanita itu? Kulitnya putih, bukan begitu? Bukan!
Bukan putih. Kulitnya bersinar dan halus. Bodoh! Sama saja. Dia seperti
bidadari, bukan begitu? Ya, bidadari dengan sayap. Bulu-bulu ringan membuatnya
melayang. Ini seperti dunia khayalan, aku suka sekali membayangkannya, menyentuh,
merasakan dan membuatnya jatuh bangun menikmati kepuasan.”
Batinku berperang argumen tentang wanita
yang kulihat. Sial! Wanita itu harus kumiliki. Dia sudah membuatku
memperhatikannya.
***
Aku ingin tubuh yang sempurna. Aku ingin
jiwa yang sempurna. Dia memiliki semua yang kuinginkan. Aku harus mendapatkan
itu bagaimanapun caranya. Tangan lembutnya berhasil kucengkeram membuatnya
mengaduh pelan. Tubuhnya menggeliat penuh nafsu. Memancing hasratku untuk lebih
“mencengkeram” tanpa ampun .
“Dia
sangat spesial. Gila!” batinku.
Aku ingin sekali mengontrol diriku.
Namun percuma. Aku tetap menginginkan tubuh dan jiwanya.
Kini dia mengerang. Aku tak peduli rasa
sakitnya. Semakin berteriak malah membuatku girang.
***
“Astaga, aku lupa pisau ini belum kuasah
setelah dipakai kemarin. Tunggu sebentar ya,” ucapku pelan.
Wanita itu duduk terikat di bangku. Berteriak,
memohon, dan menangis kepadaku. Percuma saja karena rumahku jauh dari pemukiman
padat penduduk. Semakin dia berteriak, adrenalinku semakin terpacu. Suaranya
membuat gairahku memuncak. Kedua tanganku lincah mengasah pisau berkarat. Dia
kutinggalkan di kamar. Kuharap dia suka dengan isi kamarku yang penuh dengan
gambar dan coretan.
“Braaak!”
Suara berasal dari pintu kamar membuatku
kaget dan menghentikan kegiatan mengasahku. Ternyata bukan pintu kamarku saja
yang terbuka. Pintu depan rumahku juga terbuka lebar menyaksikan seorang wanita
yang lari ketakutan. Sial! Saking semangatnya aku lupa mengunci pintu.
“Ada
apa? Mengapa dia berlari seperti melihat hantu? Bukankah kusuruh dia menunggu
sebentar? Ah, dia tak sabaran. Lalu mengapa malah lari meninggalkanku? Apakah
dia takut? Apa yang membuatnya takut? Wajahku tak terlihat menakutkan. Oh, apa karena
melihat gambar-gambar wanita yang kucoret dengan tanda silang besar-besar itu?
Bukankah mereka tetap terlihat cantik? Ayolah jangan cemburu melihat mereka.
Itu hanya masa lalu. Mereka semua sudah mati.”
Aku berdiri dan mengobrol dengan diriku
sendiri di depan cermin.
“Hmm, pisau ini jadi sia-sia. Bodoh! Kau
biarkan dia lari begitu saja. Hei, siapa yang bodoh, aku hanya membuatnya
semakin bersemangat malam ini. Ah, jam berapa ini? Sudah berganti hari rupanya.
Sialan! Aku jadi pelupa seperti ini. Sudahlah, lupakan dia dan cari yang lain.
Hm, tidak! Aku tidak akan melepaskannya. Biarkan saja dia lari. Biarkan apa pun
yang membuatnya senang. Aku akan segera menemukannya. Karena dia sangat
spesial.”
“You’re
so very special”
“I
wish I was special”
***
---Terinspirasi
dari lagu “Creep - Radiohead”---
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 komentar:
Posting Komentar