Zea


Zea. Di dalam lamunanku yang terjaga, kau berjanji untuk menjagaku. Berkata kau tak akan melepaskan genggamanmu. Kau yang membuatku seperti ini. Membuatku jatuh tenggelam ke dalam sisi gelapku. Sisi yang tak pernah kuharapkan ada dalam diriku.
Mereka bilang aku tak apa-apa. Mereka berkata aku baik-baik saja. Mereka tak tahu apa-apa tentangku. Hanya kau yang tahu semuanya tentang pria ini. Jiwaku rapuh perlahan bersama detik-detik waktu. Zea, beruntung kita bertemu lagi dalam sebuah kebetulan yang tak pernah bersahabat dengan kesengajaan. Di atas lantai dansa itu aku melihat kau menari seperti pohon yang tertiup angin. Lembut gemulai semilir menerpa wajahku menyadarkan bahwa itu kau. Satu hal yang kutahu dan ini akan terus kuingat sehingga setiap perkataan itu adalah milikmu. Ya, perkataanmu adalah pisau tajam yang mengiris pelan emosiku. Perkataanmu memutarbalikkan logika hingga emosi yang akan mengendalikan pikiranku. Entah keahlian apa yang kaumiliki semacam hipnotis atau apa mereka menyebutnya.
Jelas ini bukan diriku yang sebenarnya. Terkadang aku masih menyadari diriku yang memiliki “sisi baik” berbisik kepadaku. Membodohi setiap tindakanku. Menentang semua perkataan Zea.
***

Tidak mungkin!
Segenap jiwa kukerahkan untuk tidak mempercayai hal ini. Di dalam lamunanku yang terjaga, kau datang menyelamatkanku. Kau menjagaku. Membuatku berjanji untuk tidak akan jatuh dan tenggelam. Namun nyatanya kau menghancurkan semuanya. Ini tidak mungkin! Kau melepaskan genggamanmu membiarkan tubuhku jatuh. Menghadirkan diriku yang lain. Jelas ini tidak mungkin diriku. Aku tidak seperti ini. Mataku meneteskan titik-titik air menatap dua telapak tanganku yang basah oleh darah. Dengan sadar kucoret sebuah foto –menandai target— seorang wanita yang tertempel di dinding kamar.
***
“In your eyes, tell me why?”
“Open your eyes, you still sleep within.”
“Open your eyes, tell me why”
“Open your eyes, you still sleep within.”
Dapatkah aku memilikinya? Bukan, bukan Zea. Tapi diriku yang lain itu. Apakah aku akan merasakan diriku yang sebenarnya lagi? Zea, orang yang telah berbaik hati mengubah diriku menjadi sesuatu. Sesuatu yang selalu menarikku ke sisi lain yang kumiliki. Gelap. Tak ada bayangan yang kutangkap akan seperti apa diriku nantinya. Adakah sesuatu yang menungguku nanti di sana? Apakah aku sudah gila?
***
Wanita bernama Zea itu duduk di kamarku dengan kondisi terikat. Dia berhasil kuajak mampir ke rumahku yang jauh dari tempat pesta dansa. Beruntung aku hadir dalam undangan pesta itu. Akhirnya kutemui wanita yang selalu berjanji menjagaku. Dia berteriak seperti wanita polos yang biasa kutemui di kehidupan sehari-hari. Kubiarkan mulutnya terbuka agar dia puas menjerit dengan teriakan polosnya itu. Berkali-kali dia merengek memohon kepadaku agar melepaskannya. Namun aku malah semakin asyik “bergerilya” di dalam tubuhnya. Inilah aku yang telah kauubah menjadi “monster”. Terimalah janjiku untuk mengajakmu tenggelam bersamaku Zea. Mari kita berdansa dengan sebilah pisau yang berkarat ini. Aku masih belum puas berdansa denganmu di pesta dansa tadi.
***

--- Terinspirasi dari lagu “On My Own – Saosin” ---

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar:

Posting Komentar